
Kalau Mulan Jameela mengaku sebagai makhluk Tuhan yang paling seksi, Presiden Iran, Ahmadinejad layak mengaku sebagai makhluk Tuhan yang paling dicintai warganya dan mungkin banyak makhluk lain di muka bumi.
Bagaimana tidak, sebagai seorang presiden, Ahmadinejad tidak pernah berlaku dan bertindak layaknya seorang presiden. Ia bahkan merasa sebagai pelayan rakyat. Betapa rendah hatinya namun besar jiwanya.
Selain komitmennya untuk mengabdi kepada rakyat setelah menjadi presiden, Ahmadinejad tetap menjadi pribadi yang sangat sederhana. Ketika masih menjabat Walikota Teheran, ia sering tampil dengan sepatu bolong. Ketika sudah menjadi presiden, sekali-dua kali dan beberapa kali ia bergabung dengan petugas kebersihan dan menyapu jalan di seputar istana. Ahmadinejad tidak harus berada di baris depan ketika sholat berjamaah di mesjid. Di istana, ia duduk di atas tikar dan menyantap makanan yang ia bawa dari rumah.
Menyoal penampilan, kita hampir tidak pernah melihat Ahmadinejad mengenakan jas dan sepatu kulit mengkilap. Ia kerap tampil dengan kemeja sederhana. Jika kita berpapasan dengannya di jalan, kita pasti tidak menyangka bahwa ia adalah seorang presiden.
Sebelumnya ketika dilantik menjadi Walikota Teheran, Ahmadinejad langsung mengubah rumah dinas walikota menjadi museum publik. Ia memilih tetap tinggal di rumah pribadi berukuran 170 meter persegi yang letaknya di gang buntu tempatnya pemukiman orang miskin. Kemana-mana ia pergi sendiri dengan mobil Peugeot keluaran 1977.
Hari pertama menjadi presiden, Ahmadinejad langsung menyumbangkan karpet istana ke sebuah masjid di Teheran, kemudian menggantinya dengan karpet murah. Ia menutup ruang tamu VIP yang berukuran besar dan mengganti dengan ruangan sederhana berkursi kayu. Setiap menteri yang ia angkat harus menandatangani perjanjian, antara lain tetap hidup sederhana dan tidak mengambil keuntungan apapun dari jabatannya.
Pada masa kampanye presiden, para kandidat lain menguras habis isi dompet untuk menarik simpati publik. Tapi lain dengan Ahmadinejad. Selain tidak berasal dari pos-pos kekuasaan di Iran, tidak dekat dengan kekuasaan bahkan bukan politisi, ia juga tidak sanggup mencetak atribut-atribut kampanye. Rekening tabungannya kosong karena selama menjadi walikota, ia menyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gaji dosen yang tidak sampai Rp 2,5 juta. Tapi mungkin rakyat Iran punya rencana dan harapan lain. Ahmadinejad memenangi pemilu itu. Ia tetap menolak menerima gaji sebagai presiden karena dengan segala kerendahan hatinya, ia tetap merasa sebagai pelayan rakyat. Ahmadinejad tampil sangat merakyat. Ia sama sekali tidak terbelenggu dengan kekuasaan.
Kemudian Ahmadinejad memangkas semua fasilitas kedinasan apalagi yang menyangkut kepentingan pribadi. Ia berfikir, pejabat negara haruslah memiliki kehidupan yang sama dengan rakyatnya, bukan hidup di menara gading. Ia memungut pajak baru pada orang-orang kaya dan menggunakannya untuk membangun rumah bagi orang miskin.
Namun dibalik semua kesederhanaan itu, Ahmadinejad sangat pemberani. Sepak terjangnya melawan Amerika dalam masalah nuklir membuat siapapun terpana.
Rasanya, tidak ada tokoh seperti Ahmadinejad di Indonesia. Indonesia malahan dipenuhi oleh para pengecut yang tidak memiliki pendirian. Dipenuhi oleh koruptor yang hanya berfikir untuk mengumpulkan uang. Seorang kepala desa yang baru terpilih dan akan dilantik, pasti langsung tergopoh-gopoh membeli jas dan sepatu baru, bukannya menyiapkan rencana kerja dan strategi pembangunan yang berorientasi pada kepentingan rakyatnya.
Jadi presiden atau pejabat seharusnya tidak membuat seseorang berpenampilan wah, hidup dalam kemewahan dan berkelakuan seperti raja. Ahmadinejad adalah salah satu tokoh dunia yang patut menjadi acuan Presiden Indonesia kelak. Entah kapan Indonesia memiliki figur pemimpin seperti itu. Jika melihat dari berita di media-media, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan belaka, dan Indonesia tidak akan pernah memilikinya.
Karena, yang kita lihat setiap hari adalah para pemimpin dan pejabat negara yang tanpa malu memperlihatkan gaya hidup mewah di depan rakyatnya yang melarat. Presiden malah membuat album dikala rakyatnya sedang susah. Rakyat lagi mengantri dana BLT, para pejabatnya jalan-jalan ke luar negeri dengan dalih studi banding. Hampir semua pejabat negara ribut terus soal gaji dan hanya sibuk menghabiskan anggaran negara.
Seperti kata orang bijak, figur pemimpin sejati sepatutnya terlihat dari teladannya terhadap rakyat. Keteladanan bukanlah apa yang dikatakan tetapi apa yang ditunjukan, dan Ahmadinejad telah melakukan hal itu. Andaikan SBY bisa berevolusi menjadi Ahmadinejad, Indonesia pasti makmur. Semoga suatu hari nanti akan lahir seorang Ahmadinejad lain di tanah air yang kita cintai ini, amin.
(Tim Blog)